Akibatnya, Al-Qaradawi tidak bisa pulang ke Mesir setelah perebutan kekuasaan Morsi karena penentangannya terhadap Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi.
Ulama itu sebelumnya berada di pengasingan dari Mesir sebelum revolusi pada tahun 2011 yang melengserkan Presiden Hosni Mubarak.
Baca Juga: Ledakan di Asrama Polisi Grogol, Lukai Seorang Anggota Polri
Kematiannya memicu reaksi keras di seluruh dunia Muslim, ketika orang-orang turun ke media sosial untuk meratapi kematiannya.
Ikhwanul Muslimin, organisasi yang didirikan di Mesir dan dengan cabang di seluruh wilayah memainkan peran utama dalam pemberontakan tahun 2011 yang mengguncang Timur Tengah, dan menyebabkan protes luas di beberapa negara di kawasan itu.
Akibatnya, Al-Qaradawi diadili dan dijatuhi hukuman mati secara in absentia di Mesir.
Jamal El Shayyal dari Al Jazeera menuturkan bahwa Qaradawi menulis “lebih dari 120 buku dan lebih dari 50-60 publikasi lain yang berbicara kepada sebagian besar komunitas Muslim global”.
“Dia mungkin adalah cendekiawan Muslim paling internasional yang dimiliki Islam di zaman modern – mungkin satu-satunya yang paling berpengaruh karena dia tidak membatasi ajarannya pada bagian tertentu dari Islam,” tuturnya.
Qaradawi sering berbicara tentang isu-isu kontemporer, termasuk segala sesuatu mulai dari "perbolehan hubungan hingga pemilihan umum dan demokrasi hingga keadilan sosial," ujar El Shayyal menambahkan.
Masa muda almarhum Syekh Yusuf Al-Qaradawy