"Bolehkah aku menyelesaikan perselisihan dengan istrimu itu?”
"Silakan,” jawab Abu Nawas.
“Hamba sangat berterima kasih atas kebaikan hati tuan,” lanjutnya.
Maka pergilah penghulu ke rumah Abu Nawas dengan hati berbunga-bunga, dan dengan wajah berseri-seri diketuknya pintu rumah Abu Nawas.
Begitu pintu terbuka ia langsung mengamit istri Abu Nawas dan diajak duduk bersanding.
“Hai Adinda,,,” katanya.
“Apa gunanya punya suami jahat dan melarat. Lagi pula Abu Nawas hidupnya tak karuan. Lebih baik kamu jadi istriku. Kamu dapat hidup senang dan tidak kekurangan suatu apa,” rayunya.
"Baiklah kalau keinginan tuan demikian,” jawab istri Abu Nawas polos-polos saja.