Kepada mereka beliau menyatakan keresahan hatinya sehubungan dengan nazar saudagar dari Kopiah itu.
“Tolong berikan pertimbangan kepadaku malam ini juga karena aku sudah terlanjur berjanji kepadanya untuk menerimanya menghadap esok pagi,” titah Baginda Sultan.
“Atau aku akan mendapat malu besar.” Suasana balairung pun hening, sunyi senyap berkepanjangan.
Baca Juga: Air Terjun Kuta Malaka, Surga Tersembunyi di Aceh Nan Eksotis dan Airnya Menyegarkan
Mereka termenung dan terpekur memikirkan titah Sultannya. Namun tidak juga ditemukan jalan keluarnya.
“Ya Tuanku Syah Alam,” kata salah seorang yang tertua di antara mereka.
“Tidak ada hukumnya, baik menurut kitab maupun logika, bahwa nazar itu boleh diganti dengan barang lain.”
Baca Juga: Air Terjun Kuta Malaka, Surga Tersembunyi di Aceh Nan Eksotis dan Airnya Menyegarkan
Setelah itu satu per satu mereka mohon diri meninggalkan balairung dan pertemuan pun bubar. Baginda lalu masuk istana, mau tidur, tetapi mata itu tidak mau diajak kompromi.
Karena otak masih terfokus pada masalah nazar dan malu besar yang akan dihadapinya esok pagi. Menjelang subuh baginda pun teringat kepada Abu Nawas.