“Hahaha. Masa Tuan Abu Nawas pilih kekayaan. Kok seorang cendikiawan seperti tuan lebih mengutamakan kekayaan daripada kebijaksanaan. Menurut saya ini memalukan!” ledek sang Hakim dengan tawa kemenangan.
Abu Nawas diam. Dia biarkan hakim itu menuntaskan tawa senangnya.
Setelah hakim berhenti tertawa,”Memangnyanya salah kalau saya memilih kekayaan?” tanya Abu Nawas.
“Ya. Seharusnya seorang cendikiawan yang dikenal cerdik seperti tuan menempatkan kekayaan setelah kebijaksanaan,” jawab hakim.
“Lalu kalau tuan sendiri diberi pilihan itu akan memilih yang mana?” balik bertanya Abu Nawas.
“Tentu saya akan memilih kebijaksanaan. Apalagi saya seorang hakim,” sigap sang hakim menjawab.
“Oh Begitu. Dengarkan ya tuan hakim. Seseorang itu akan memilih sesuatu yang belum dimilikinya!” tegas Abu Nawas.