Kisah Gila Sih Abu Nawas, Ingin Menjual Matahari Sehingga Membuat Orang Ngakak

1 Agustus 2023, 19:10 WIB
Kisah tentang Abu Nawas. /

KLIKLUBUKLINGGAU.com - Abu Nawas sudah tidak asing lagi. Penyair Arab klasik yang terkenal itu cukup populer karena pribadinya yang jenaka dan kisah-kisah lucu mengenai hidupnya.

Pria bernama asli Abu Ali al-Hasan bin Hani' al-Hakimi itu akrab disapa Abu Nawas karena rambutnya yang ikal dan panjang sebahu.

Seperti dituliskan dalam buku Abu Nawas Sufi dan Penyair Ulung yang Jenaka karya Muhammad Ali Fakih.

Baca Juga: Terkanal Sangat Lezat! Sepuluh Kuliner Khas Kalimantan Tengah Paling Enak dan Sangat Terpopuler

Adapun, terkait tahun kelahiran Abu Nawas masih menjadi perdebatan, banyak perbedaan pendapat mengenai hal tersebut.

Abu Nawas hidup pada masa Khalifah Harun Al-Rasyid, seorang raja pada masa dinasti Abbasiyah.

Ia bahkan dikenal dekat dengan sang raja dan kerap membuatnya tertawa dengan tingkah lucunya.

Baca Juga: Wajib Beli! Sepuluh Oleh Oleh Khas Seruyan yang Menarik dan Sangat Terpopuler

Dikisahkan dalam buku Kisah Lucu Kecerdasan Abu Nawas susunan Sukma Hadi Wiyanto, kala itu sejumlah penduduk Baghdad berkumpul di depan istana Khalifah Harun Al-Rasyid. Sebagian berteriak dan meminta agar Abu Nawas ditangkap.

Para penduduk protes karena baliho raksasa milik Abu Nawas yang dipasang di depan rumahnya yang berbunyi, "Dijual Cepat Matahari Baghdad, Siapa Cepat Dapat Bonus Anak Unta"

Penduduk lainnya merasa panik dan kasak-kusuk di depan istana. Mereka takut sekaligus bingung, jika Matahari Baghdad dijual maka bagaimana mereka bisa hidup?

Baca Juga: Top Banget! Sepuluh Kuliner Mahakam Ulu yang Terkenal Enak dan Begitu Terpopuler

"Abu Nawas kamu serius mau menjual Matahari?" tanya Khalifah Harun Al-Rasyid sambil mengamati massa yang membludak di depan istananya.

"Benar baginda, supaya kita bisa ikut cara mereka menggunakan otak," jawab Abu Nawas.

"Maksudnya?" Khalifah kembali bertanya.

"Begini baginda, apakah baginda senang infrastruktur di Baghdad terbangun hebat di zaman baginda? Baginda bangga bisa menjadi teladan buat rakyat bahwa selama menjabat jadi khalifah baginda tidak korupsi? Baginda senang tidak mempertontonkan keserakahan dengan menguasai ratusan ribu hektar padang pasir, padahal baginda bisa melakukannya dengan kekuasaan yang sekarang baginda genggam?" ungkap Abu Nawas.

Baca Juga: Simpan Jutaan Keindahan! Berikut 8 Destinasi Wisata Terpopuler di Pelalawan yang Sangat Indah dan Menakjubkan

Khalifah Harun Al-Rasyid yang bingung lantas meminta Abu Nawas untuk menjelaskan maksud dari ucapannya.

"Abu Nawas, coba ke inti masalah!"

"Jika baginda turun dan tanya massa yang sekarang berdemonstrasi itu, ketahuilah bahwa mereka akan menjawab buat apa bangun infrastruktur, infrastruktur tidak bisa dimakan! Jadi, jalan-jalan mulus yang baginda bangun selama ini, puluhan bendungan yang baginda banggakan, lapangan terbang, rel kereta api di Korramabad, pasar-pasar di Kirkuk, itu semua percuma, tak bisa dimakan!" tegas Abu Nawas menjelaskan.

Baca Juga: Legenda Batu Balai Bangka Barat, Wisata Terpopuler di Provinsi Bangka Belitung Indonesia yang Sangat Unik

Khalifah Harun Al-Rasyid terdiam.

"Baginda bangga tidak korupsi? Anak baginda jual pisang goreng? Itu malah membuat mereka marah dan cemburu. Buat mereka baginda mestinya korupsi agar mereka tak repot-repot lagi bikin isu tak masuk akal, misalnya baginda keturunan Mongolia, baginda memusuhi ulama, baginda membiarkan partai Ba'ts yang sudah dilarang tumbuh lagi, wah pokoknya banyak baginda,"

"Lalu apa hubungannya dengan menjual Matahari?" tanya Khalifah Harun Al-Rasyid.

Abu Nawas kemudian menjelaskan apa yang dianggap Khalifah Harun sebagai prestasi nasional justru dianggap pemborosan dan membebani negara.

Baca Juga: Anak Muda Wajib Berkunjung! 7 Wisata Terpopuler di Ponorogo, Memiliki Pemandangan yang Begitu Indah Nan Asri

Karena mereka terbiasa melihat prestasi yang ada di ruang gelap. Di ruang gelap, gadis cantik tak terlihat, sebatang emas bisa dianggap besi.

"Tapi kalau pun mata mereka tak melihat di ruang gelap, bukankah telinga mereka mendengar, hati mereka terbuka? Bagaimana mungkin mereka menuduhku memusuhi ulama padahal wakilku sekarang adalah ulama besar? Jika pun mereka tak suka aku, bukankah kepada mereka sekarang aku sodorkan ulama yang dulu mereka klaim mereka bela? Mengapa sekarang mereka tinggalkan?"

Abu Nawas kemudian berkata,

"Baginda, itulah enaknya melihat dunia di ruang gelap sambil terbalik. Kita bisa menikmati apa yang mereka nikmati selama ini. Baginda tidak capek berpikir rasional?"

Baca Juga: Begitu Eksotis dan Terpopuler! 10 Rekomendasi Wisata Terpopuler yang Sangat Menarik dan Menakjubkan

Khalifah Harun Al-Rasyid kembali terdiam, Abu Nawas lanjut menjelaskan.

"Percayalah baginda, hanya dengan melihat segala sesuatu di kegelapan, baginda akan paham mengapa selama ini mereka melihat infrastruktur megah, pemerataan pembangunan di daerah tertinggal, semuanya sama sekali tidak berguna karena tak bisa dimakan. Mohon jangan katakan, 'infrastruktur memang tak bisa dimakan, tapi dengan infrastruktur kita semakin mudah cari makan,' itu cara berpikir rasional dan normal, paduka,"

Massa di depan istana semakin membludak. Khalifah Harun Al-Rasyid masih diam, ia lantas memberi isyarat membenarkan ucapan Abu Nawas.

Baca Juga: Temukan Keajaiban dalam Keindahan yang Tertuang dalam 8 Rekomendasi Wisata Terpopuler Dompu

"Jadi, boleh saya menjual Matahari?"

Kisah ini menunjukkan Abu Nawas sebagai pribadi yang cerdas dan peduli. Mimpi tak akan nyata karena keajaiban, butuh keringat, kebulatan tekad dan kerja keras untuk mewujudkannya. *** (Bella Martha Anggelleta).

Editor: Aan Sangkutiyar

Sumber: YouTube Humor Sufi Official

Tags

Terkini

Terpopuler