BMKG: Indonesia Akan Memasuki Musim Pancaroba Ditandai Dengan Cuaca Ekstrem, Masyarakat Diminta Waspada

- 25 Februari 2024, 18:15 WIB
BMKG Memprediksi Indonesia akan Segera memasuki Musim Pancaroba
BMKG Memprediksi Indonesia akan Segera memasuki Musim Pancaroba /

KLIKLUBUKLINGGAU.com- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meminta masyarakat untuk waspada terhadap potensi terjadinya cuaca ekstrem selama periode pancaroba atau peralihan musim. Pancaroba diperkirakan akan berlangsung mulai Maret sampai April 2024.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyampaikan pada periode pancaroba diperkirakan bakal terjadi cuaca ekstrem seperti hujan lebat durasi singkat dan berpotensi disertai kilat atau petir, angin kencang, angin puting beliung, serta fenomena hujan es. Oleh sebab itu, dia meminta masyarakat meningkatkan kewaspadaan.

“Selama periode pancaroba, masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan dan antisipasi dini terhadap potensi cuaca ekstrem seperti hujan lebat dalam durasi singkat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang, angin puting beliung, dan fenomena hujan es,” kata Dwikorita Karnawati, Minggu, 25 Februari 2024.

Baca Juga: Wisata Pantai Watu Lumbung! Menciptakan View yang Instagramable Bagi Siapa Pun yang Mengunjunginya

Dwikorita mengungkapkan berdasarkan analisa dinamika atmosfer yang dilakukan BMKG didapati bahwa saat ini puncak musim hujan telah terlewati di berbagai wilayah Indonesia, khususnya bagian Selatan Indonesia. Menurutnya, hal itu mengindikasikan bahwa wilayah tersebut akan mulai memasuki peralihan musim pada Maret hingga April.

Ciri Peralihan Musim atau Pancaroba

Dwikorita menjelaskan salah satu ciri masa peralihan musim atau pancaroba yakni pola hujan yang biasa terjadi pada sore hingga menjelang malam. Selain itu, kata dia, hujan didahului adanya udara hangat dan terik pada pagi sampai siang.

Menurut Dwikorita, pola tersebut terjadi lantaran radiasi matahari yang diterima pada pagi hingga siang cukup besar dan memicu proses konveksi atau pengangkatan massa udara dari permukaan bumi ke atmosfer sehingga memicu terbentuknya awan.

Baca Juga: KPU RI Belum Cairkan Santunan Kematian bagi 12 Petugas Badan Ad Hoc Pemilu di Kalimantan Selatan

Karakteristik hujan pada periode tersebut, kata Dwikorita, cenderung tidak merata dengan intensitas sedang hingga lebat dalam durasi singkat. Dia menekankan jika kondisi atmosfer menjadi labil atau tidak stabil maka potensi pembentukan awan konvektif seperti awan Cumulonimbus (CB) akan meningkat.

“Awan CB inilah yang erat kaitannya dengan potensi kilat/petir, angin kencang, puting beliung, bahkan hujan es. Bentuknya seperti bunga kol, warnanya ke abu-abuan dengan tepian yang jelas,” tutur Dwikorita.

"Curah hujan yang lebat menjadi salah satu pemicu bencana hidrometeorologi, seperti banjir bandang dan tanah longsor. Karenanya, kepada masyarakat yang tinggal didaerah perbukitan yang rawan longsor, kami juga mengimbau untuk waspada dan berhati-hati," ucapnya menambahkan.

Baca Juga: Kota Idaman Semua Orang dan Jadi Terfavorit Banget! Wisata Terbaik Dengan Keindahan Keren Banget di Yogyakarta

Dwikorita mengimbau kepada masyarakat untuk senantiasa menjaga kesehatan dalam menghadapi kondisi cuaca yang cepat berubah setiap harinya akibat pancaroba. Menurutnya, cuaca panas dan hujan dapat terjadi silih berganti dengan cepat sehingga dapat memicu gangguan daya tahan tubuh.

“Selain itu, masyarakat diharapkan dapat menyesuaikan aktivitas di luar ruangan termasuk dengan menggunakan perangkat pelindung diri dari terik matahari/hujan seperti payung, topi, atau jas hujan,” ujar Dwikorita.

Sementara itu, Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto menyebut berdasarkan monitoring terdapat beberapa fenomena atmosfer yang terpantau masih cukup signifikan dan dapat memicu peningkatan curah hujan disertai kilat atau angin kencang di wilayah Indonesia antara lain yaitu aktivitas monsun asia yang masih dominan.

Baca Juga: Lemo Susu, Oase Pemandian Air Panas Tersembunyi di Sulawesi Selatan yang Bikin Badan Rileks dan Menyejukkan!!

Kemudian, lanjut Guswanto, aktivitas Madden Jullian Oscillation (MJO) pada kuadran 3 (Samudra Hindia Bagian Timur) yang diprediksi akan memasuki wilayah Pesisir Barat Indonesia pada beberapa pekan ke depan. Selanjutnya, adanya aktivitas gelombang atmosfer di sekitar Indonesia bagian Selatan, Tengah, dan Timur serta terbentuknya pola belokan dan pertemuan angin yang memanjang di Indonesia Bagian Tengah dan Selatan.

“Seluruh fenomena atmosfer tersebut berkontribusi terhadap terjadinya fenomena cuaca ekstrem di berbagai wilayah di Indonesia,” kata Guswanto.

Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani menambahkan saat memasuki pergantian musim, potensi terjadinya angin puting beliung juga ikut meningkat.

“Karenanya, BMKG mengimbau masyarakat untuk waspada dan senantiasa mengupdate informasi dan Peringatan Dini cuaca yang dikeluarkan oleh otoritas resmi BMKG,” ucap Andri.***

Editor: Rina Sephtiari


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x