Network
KLIKLUBUKLINGGAU.com - Nama Subaru Legacy mungkin kurang dikenal di Indonesia, meskipun model ini sempat ikut dalam ajang balap WRC dan dijual di Tanah Air. Namun, di Amerika Serikat, sedan ini memiliki sejarah panjang dan mendalam.
Subaru pertama kali meluncurkan Legacy di Jepang pada Januari 1989. Sedan sporty ini membuka jalan bagi Subaru untuk memasuki pasar otomotif Amerika Serikat.
Pabrik perakitan Subaru-Isuzu Automotive, Inc. di Lafayette, Indiana, yang mulai beroperasi pada akhir 1988, memainkan peran kunci dalam perjalanan ini. Kemitraan antara Subaru (Fuji Heavy Industries) dan Isuzu ini menghasilkan produksi Legacy pertama di AS pada 11 September 1989.
Awalnya, pabrik ini hanya mampu merakit sekitar 500 unit Legacy per bulan karena berbagi jalur produksi dengan Isuzu Pickup, dengan kapasitas total 240.000 unit per tahun. Selain untuk pasar Amerika Utara, Legacy juga diekspor ke Taiwan dengan kuota 1.000 unit per tahun.
Baca Juga: Mobil Listrik Rp500 Jutaan! Hyundai Indonesia Buka Pre-Booking untuk Hyundai Kona Electric 2024
Kini, produksi Legacy di AS telah mencapai 35 tahun, menghasilkan 36 model tahun dari pabrik Lafayette. Lebih dari 1,3 juta unit telah terjual di AS, dengan lebih dari 90 persen masih beroperasi atau berada di pasar mobil bekas. Namun, produksi Legacy di pabrik Yajima di Jepang telah berakhir pada 2020.
Sayangnya, perjalanan Legacy harus berakhir seiring perubahan visi Subaru yang beralih ke mobil listrik. Tren pasar di AS juga tidak lagi mendukung Legacy, terbukti dari penurunan penjualan dalam beberapa tahun terakhir.
Pada kuartal pertama 2024, hanya 4.398 unit Legacy yang terjual di AS, turun 13,1 persen dibandingkan periode yang sama pada 2023. Model lain seperti mobil listrik Solterra dan sport coupe BRZ mengalami nasib serupa, sementara WRX yang berorientasi pada performa lebih diminati meski selisih penjualannya tidak jauh berbeda.
