Israel Akan Serang Benteng Pertahanan Terakhir Hamas di Rafah, Netanyahu Bolehkan Warga Palestina Pergi Dulu

- 18 Maret 2024, 19:48 WIB
Tempat penampungan pengungsi warga Palestina di kota Rafah, Jalur Gaza selatan (8/12/2023). ANTARA/Xinhua/Rizek Abdeljawad/aa.
Tempat penampungan pengungsi warga Palestina di kota Rafah, Jalur Gaza selatan (8/12/2023). ANTARA/Xinhua/Rizek Abdeljawad/aa. /

KLIKLUBUKLINGGAU.com- Perdana Menteri Israel Penjajah, Benjamin Netanyahu menegaskan tentaranya akan memperbolehkan warga sipil Palestina pergi meninggalkan Rafah, sebelum menyerangnya habis-habisan untuk melenyapkan Hamas, yang diyakini menjadikan wilayah itu benteng pertahanan terakhir.

Netanyahu memastikan pihaknya tak akan membiarkan masyarakat Palestina terjebak di Rafah, ketika pasukannya memulai serangan di kota Gaza selatan tersebut.

Sebagai informasi Rafah merupakan tempat di mana satu juta warga Palestina mengungsi saat ini. Jutaan rakyat yang dipaksa meninggalkan rumah masing-masing itu hidup dalam tenda, berlindung dari bombardir dan peluru IOF serta wabah kelaparan yang mengancam.

Baca Juga: KPU: Hasil Pemilu 2024 Nasional Dapat Diumumkan Lebih Cepat Jika Rekapitulasi Selesai Sebelum 20 Maret 2024

Dalam pernyataan terbaru, Netanyahu mengungkapkan 'kebaikannya' untuk melindungi sipil Palestina.

“Tujuan kami dalam melenyapkan batalyon teroris (Hamas) yang tersisa di Rafah sejalan dengan memungkinkannya penduduk sipil meninggalkan Rafah. (Serangan) ini bukanlah sesuatu yang akan kami lakukan sambil mengurung populasi (rakyat) tetap di lokasi. Faktanya, kami akan melakukan yang sebaliknya, kami akan membolehkan mereka pergi (terlebih dulu),” kata Netanyahu, di Yerusalem, dikutip dari Al Jazeera, Senin, 18 Maret 2024.

Serangan Israel terhadap Rafah, tempat mayoritas dari 2,3 juta penduduk Gaza mencari perlindungan dinilai akan membuat perdamaian regional semakin sulit. Pernyataan Netanyahu itu muncul beberapa jam setelah dia mengatakan dalam rapat kabinet, bahwa pasukan Israel akan melanjutkan serangan darat yang direncanakan di Rafah, terlepas dari munculnya kekhawatiran korban sipil berjatuhan dalam jumlah besar.

Baca Juga: Rekomendasi Tempat Wisata Populer untuk Menyaksikan Matahari Terbenam Terindah di Nusa Tenggara Barat

“Tekanan internasional sebesar apa pun tidak akan menghentikan kami untuk mewujudkan semua tujuan perang: melenyapkan Hamas, melepaskan semua sandera kami, dan memastikan bahwa Gaza tidak lagi menjadi ancaman terhadap Israel,” kata Netanyahu dalam sebuah video yang dirilis oleh kantornya.

“Untuk melakukan ini, kami juga akan beroperasi di Rafah," ujarnya menekankan.

Komentar Netanyahu muncul ketika perundingan gencatan senjata diperkirakan akan dilanjutkan di Doha, Qatar.

Baca Juga: Ikutan Juga Untuk Mendapatkan Link Saldo DANA Kaget Dengan Cuma Cuma, Hanya Ikutan Klik Link Berikut

Ancaman di Depan Mata

Rakyat Palestina mengikuti dengan cermat setiap pernyataan pers Netanyahu terkait Rafah, terutama saat ia berulang kali mengatakan komitmennya menyerang daerah yang sangat padat penduduknya tersebut.

“Dari sudut pandang Palestina, di bawah ancaman yang akan segera terjadi, mereka benar-benar merasa tidak aman, bertanya-tanya tentang tujuan selanjutnya,” kata Jurnalis Al Jazeera, Tareq Abu Azzoum melaporkan dari Rafah.

Kendati merupakan sekutu perang Israel, Presiden AS Joe Biden tampak tak senang dengan invasi Israel ke Rafah. Baginya, itu akan menjadi “garis merah” terakhir menandai Netanyahu cs telah melampaui batas, jika tak ada rencana perlindungan sipil yang jelas dan kredibel.

Baca Juga: Wisata Bukit Bangkirai, Kalimantan Timur Memberikan Pengalaman Unik di Atas Ketinggian yang Instagramable

“ Washington menginginkan rencana yang jelas dan dapat diterapkan di Rafah untuk memastikan warga sipil terhindar dari bahaya," kata Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, Jumat, 15 Maret 2024 lalu. ***

Editor: Rina Sephtiari

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x