Pilkada Musi Rawas Senyap dan Itu Berbahaya Bagi Petahana, Lengah Sedikit Bisa Tumbang

- 23 Februari 2023, 08:29 WIB
Pengamat politik, Eka Rahman
Pengamat politik, Eka Rahman /Pengamat politik, Eka Rahman/

KLIKLUBUKLINGGAU.com - Memang saat ini dinamika politik di Kabupaten Musi Rawas berbanding terbalik dengan dinamika politik di Musi Rawas Utara (Muratara), mengenai kandidat yang akan maju di Pilkada 2024 mendatang.

Di Muratara, kata Eka Rahman yang merupakan pengamat politik asal Bumi Silampari, telah muncul figur-figur potensial, seperti Efriansyah, Gani Subit, Hasbi Assadiki, Firsyah Lakoni dan lain-lain, yang di gadang-gadag menjadi penantang petahana Devi Suhartoni-inayatullah.

Konstalasi politik di Musi Rawas cenderung monoton dan statis, menjelang kontestasi Pilkada 2024. Beberapa hal mungkin melatar belakangi hal tersebut diantaranya:

Baca Juga: Seol In Ah dan Shin Eun Soo Bergabung dengan Choi Hyun Wook dan Ryeo Woon Dalam Pembicaraan Untuk Drama Baru

Pertama, banyak sumberdaya parpol dan politikus lokal saat ini lebih fokus prepare menghadapi agenda pilpres dan pileg 2024 terlebih dahulu. Karena hampir mayoritas elite politik dan 'aktor utama' politik di tingkat lokal adalah para pengurus parpol, sehingga skala prioritas adalah 'meramu strategi' pemenangan pileg, baik penyusunan daftar caleg, mapping, serta konsolidasi.

Pada saat yang sama, beberapa ketua umum parpol mendeklarasikan sebagai capres dan cawapres, seperti PDIP dengan Puan Maharani (Ganjar Pranowo?), Gerindra dengan Prabowo Subianto, Nasdem dengan Anies Baswedan, Demokrat dengan AHY, PKS dengan Aher, Golkar dengan Airlangga Hartarto serta PKB Muhaimin Iskandar.

Sehingga para para pengurus Parpol baik itu DPD/DPC sibuk dengan aktivitas pemenangan capres/cawapres.

Baca Juga: Rawan Peredaran Narkoba, Sat Narkoba Polres Musi Rawas Patrili Hunting di Tanah Periuk

Kedua, men-track dinamika politik menjelang pilkada 2021 yang lalu juga posisi petahana Hendra Gunawan begitu dominan (seolah tak ada pesaing) sampai munculnya pasangan Ratna Machmud-Suwarti pada last minute, dan menumbangkan petahana dalam kontestasi.

Artinya, kondisi ini seperti berulang - dimana petahana Ratna Machmud saat ini seolah tak ada pesaing. Padahal justru di dinamika ini harus di waspadai, karena mengakibatkan petahana lengah, over confidence dan meremehkan figur lain.

Pada tingkat realitas politik lokal Musi Rawas saat ini, figur yang berpotensi menjadi penantang memang masih figur lama seperti Wabup petahana Hj Suwarti, Ketua DPRD Azandri, Waka DPRD Firdaus Ceolah dan beberapa legislator.

Baca Juga: Prihatin Anak SD Negeri Pangkalan Musi Rawas Belajar Dilantai, Kapolda Sumsel Salurkan Bantuan

Itupun kalkulasi potensinya lebih pada posisi mereka sebagai para ketua DPC parpol, bukan pada deklarasi maupun statemen kesiapan mereka untuk berkontestasi dalam pilkada 2024.

Sampai saat ini dari beberapa figur itu belum memberi 'signal politik' untuk maju berkontestasi melawan petahana Ratna Machmud. Sehingga praktis saat ini petahana seolah tak memiliki penantang yang serius untuk melaju ke periode kedua.
Beberapa saat lalu dengan bebasnya Lili Ridwan Mukti, menjanjikan figur penantang potensial, namun putusan Mahkamah Konstitusi tanggal 30 November 2022 tentang caleg terpidana dan pengaturan pasal 7 ayat (2) UU No. 10/2016 tentang Pilkada yang dibatalkan oleh Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 56/PUU-XVII/2019 terkait mantan narapidana yang akan ikut pilkada, menutup peluang yang bersangkutan ikut aktivitas politik di Pemilu dan Pilkada 2024.

Harus melalui tahapan kontemplasi 5 tahun setelah bebas, artinya baru pada pemilu/pilkada 2029 boleh ikut aktivitas politik.

Baca Juga: Wow, Pria di Desa Muara Megang Kabupaten Mus Rawas Miliki 77 Butir Ekstasi

Namun harus menjadi catatan bahwa hasil Pileg 2024 terkait raihan kursi parpol akan berdampak sangat signifikan pada peta kekuatan pilkada 2024, sehingga bisa jadi hasil Pileg akan merubah peta kekuatan yang ada saat ini.

Hal lain adalah sebagaimana telah di ulas diatas, sejarah pilkada Musi Rawas 2021 pernah mencatat bahwa figur yang muncul di saat terakhir (last minute) bisa mengalahkan petahana.

Artinya, bukan tidak mungkin sejarah berulang dengan munculnya kekuatan di menit-2 akhir. Bukankah tak ada yang tak mungkin dalam politik?. ***

Editor: Aan Sangkutiyar


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x